Jumat, 08 November 2024

KAMPUANG NAN JAUH DI MATO


             《KAMPUANG NAN JAUH DI MATO》

 lagu daerah berbahasa Minang yang menceritakan tentang kerinduan masyarakat Minangkabau terhadap kampung halamannya: 


Judul lagu ini berarti "kampung yang jauh di mata". 

 

Lagu ini menggambarkan tradisi orang Minangkabau yang senang merantau. 

 

Lagu ini juga menunjukkan karakteristik masyarakat Minangkabau yang peduli, suka bergotong-royong, dan memiliki tenggang rasa. 

 

Lagu ini memiliki nilai-nilai edukatif, seperti ketuhanan, persaudaraan, gotong-royong, kesatuan, dan kebersamaan. 

 

Lagu ini diciptakan oleh Oslan Husein, musisi asli Minangkabau, pada tahun 1931. Oslan terkenal di era 50-an karena menyanyikan lagu-lagu berbahasa Minang, termasuk "Kampuang Nan Jauh di Mato". Lagu ini juga pernah dipopulerkan oleh Chiquita Meidy pada pertengahan 1990an. 

  

   Tempo lagu "Kampuang Nan Jauh di Mato" adalah Allegretto 170, yang berarti tempo 


    Tempo yg di gunakan :Allegretto 170, tempo cepat

Birama:4/4

Tangga nada : Mayor



REK AYO REK

 


    Lagu "Rek Ayo Rek" adalah lagu daerah Jawa Timur yang menceritakan kegembiraan anak muda saat malam minggu. Lagu ini memiliki beberapa penjelasan, di antaranya: 

 

Makna

Lagu ini mengajak pendengar untuk tidak melamun atau berdiam diri di rumah, tetapi menghabiskan waktu dengan teman-teman. Lagu ini juga mengajak pendengar untuk menghargai kebersamaan, mengejar kebahagiaan, dan menikmati setiap momen dalam hidup. 

 

Bahasa

Lagu ini menggunakan bahasa Jawa dialek Suroboyoan. Kata "Rek" berasal dari kata "Arek" yang berarti bocah atau anak, sedangkan kata "Cak" berarti kang atau kakak laki-laki. 

 

Tempo

Lagu ini memiliki tempo yang cepat dan riang. 

 

Penulis dan pengpopuler

Lagu ini diciptakan oleh Is Haryanto, seorang penulis lagu asal Tegal, dan dipopulerkan oleh musisi keroncong, Mus Mulyadi. 

 

Identik dengan Surabaya

Lagu ini identik dengan masyarakat Surabaya dan sering digaungkan di tempat-tempat umum di kota tersebut. 

 

Ajakan untuk berjalan-jalan ke Tunjungan

Lagu ini mengajak pendengar untuk berjalan-jalan ke daerah Tunjungan untuk mencari hiburan. Jalan Tunjungan merupakan salah satu jalan di Surabaya yang memiliki banyak gedung bersejarah. 

 

APUSE

 


Lagu daerah  lagu yang berasal dari Papua Barat dan memiliki makna tentang seorang cucu yang berpamitan kepada kakek dan neneknya untuk pergi merantau: 

 

Asal: Lagu Apuse berasal dari Kampung Kabouw, Wondiboy, Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. 

 

Pencipta: Pencipta lagu Apuse adalah Korinus Mandosir Sarumi, seorang tenaga pendidik. 

 

Bahasa: Lagu Apuse dinyanyikan dalam bahasa Biak. 

 

Makna: Lagu Apuse menceritakan tentang seorang cucu yang berpamitan kepada kakek dan neneknya untuk pergi merantau ke Teluk Doreri, Manokwari. 

 

Popularitas: Lagu Apuse populer di berbagai wilayah Nusantara, terutama di kalangan pelajar. Lagu ini sering dinyanyikan saat pelajaran seni budaya maupun saat upacara adat. 

 

Tempo: Tempo lagu Apuse adalah moderato. 

 

Pengaransemen: Grup band Netral mengaransemen musik dari lagu Apuse ke lagu "Garuda di Dadaku".

KICIR -KICIR

 

 

       Lagu [KICIR-KICIR ]lagu daerah Betawi yang memiliki beberapa fakta menarik, seperti:

Asal usul: Lagu ini berasal dari tradisi pantun nusantara, terutama pantun Melayu dan syair. Hal ini terlihat dari lirik lagu yang terikat oleh rima, jumlah suku kata, dan larik persis seperti pantun dan syair. 

Popularitas: Lagu ini mulai populer pada tahun 1950-an. 

Pencipta: Pencipta lagu ini tidak diketahui, namun Bing Slamet menjadi penyanyi yang mempopulerkannya. Bing Slamet menciptakan versi baru dengan menambahkan lirik yang lebih modern dan mudah diingat. 

Budaya Betawi: Budaya Betawi erat kaitannya dengan budaya Melayu dan Tionghoa. Hal ini terlihat pada sebagian besar produk budaya Betawi, termasuk lagu daerahnya. 

 

BUTET

 

        Lagu {BUTET } :
 lagu daerah dari suku Batak Toba yang bertema perjuangan. Berikut penjelasan lengkap mengenai lagu "Butet": 
 
Arti kata "Butet": Kata "Butet" dalam bahasa Batak merupakan panggilan untuk anak perempuan. 
 
Pencipta: Komponis Siddik Sitompul menciptakan lagu "Butet". 
 
Tema: Lagu "Butet" bertema perjuangan dan menceritakan tentang seorang ayah yang rindu kepada anak perempuannya saat sedang berjuang di perang gerilya. 
 
Pesan: Lagu "Butet" mengandung pesan mendalam, yaitu untuk tidak bersedih dan bersabar menanti surat dari ayah yang sedang berjuang. 
 
Jenis lagu: Berdasarkan jenis vokal Batak, lagu "Butet" tergolong ke dalam jenis lagu andung, yaitu lagu yang berisikan tentang riwayat seseorang yang telah meninggal. 
 
Asal-usul: Lagu "Butet" terinspirasi dari pertempuran front depan di Tanah Karo menjelang Agresi Militer Belanda II. 
 
Kisah di balik ketenaran: Lagu "Butet" pertama kali dinyanyikan oleh seorang ibu kepada anaknya untuk menceritakan perginya sang ayah yang berperang melawan penjajah. 
 

Ampar - ampar pisang




     Lagu  daerah ;

AMPAR AMPAR PISANG》, memiliki banyak penjelasan, di antaranya:

Asal daerah: Lagu ini berasal dari Kalimantan Selatan dan diciptakan oleh Hamiedan AC. 

 

Bahasa: Lagu ini berbahasa Banjar. 

 

Makna: Lagu ini menceritakan tentang proses pengolahan pisang menjadi makanan khas, yaitu Rimpi Pisang, dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. 

 

Pesan moral: Lagu ini mengandung pesan moral untuk bersabar mengonsumsi pisang yang belum matang, dan tidak mengambil pisang atau barang yang bukan haknya. 

 

Asal daerah: Lagu ini berasal dari Kalimantan Selatan dan diciptakan oleh Hamiedan AC. 

 

Bahasa: Lagu ini berbahasa Banjar. 

 

Makna: Lagu ini menceritakan tentang proses pengolahan pisang menjadi makanan khas, yaitu Rimpi Pisang, dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. 

 

Pesan moral: Lagu ini mengandung pesan moral untuk bersabar mengonsumsi pisang yang belum matang, dan tidak mengambil pisang atau barang yang bukan haknya. 

 

Birama: Lagu ini berirama 2/4. 

 

Nada dasar: Lagu ini menggunakan nada dasar G = Do. 

 

Tempo: Lagu ini dinyanyikan dengan tempo lagu moderato atau tempo lambat.

 

Pengiring permainan: Lagu ini sering digunakan sebagai pengiring permainan tradisional. Dalam permainan ini, anak terakhir yang tersentuh setelah lagu berakhir harus melipat kakinya seperti kaki yang buntung karena digigit bulus. 

 

Tarian: Selain lagu, ada juga tarian Ampar-Ampar Pisang yang menggambarkan kehidupan masyarakat tradisional Kalimantan Selatan. Tarian ini diiringi musik tradisional dan kostum berwarna cerah. 

 

<

Minggu, 03 November 2024

CUBLEG -CUBLEG SUWUNG


       Cublak-Cublak Suweng termasuk lagu daerah. Lagu ini berasal dari Jawa Tengah dan menggunakan tangga nada pentatonik slendro. 
 
Lagu Cublak-Cublak Suweng memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

     1.  Digunakan sebagai pengiring permainan           tradisional Jawa yang memiliki nama yang           sama.
 
    2. Tema lagu ini pendek, sepanjang 16 birama,           dan menggunakan sukat 2/4. 
 
    3. Lagu ini memiliki makna yang dalam, yaitu     untuk mencari harta janganlah menuruti hawa  nafsu.
 
    4. Lagu ini diciptakan oleh Syekh Maulana Ainul Yakin atau Sunan Giri sekitar tahun 1442 M.
 
# Kata "cublak-cublak suweng" sudah terekam dalam Kamus Djawa sejak tahun 1939. #
 

KAMPUANG NAN JAUH DI MATO

              《KAMPUANG NAN JAUH DI MATO》  lagu daerah berbahasa Minang yang menceritakan tentang kerinduan masyarakat Minangkabau terhadap ...